Profesi make up artist di Indonesia semakin digemari dan kualitasnya tidak kalah dengan make up artist luar negeri, kata make up artist professional Allyssa Shara Hawadi di Jakarta, Minggu. "Sekarang profesi make up artist sangat berkembang, bahkan banyak sekali make up artist pendatang baru yang saya temui baru lulus SMA," kata Allyssa kepada Antara.Dia mengenang masa ketika dirinya memutuskan untuk menjadi make up artist beberapa tahun silam."Waktu itu orang tua tidak mendukung karena belum banyak orang yang mengambil sekolah course, sepertinya hal tabu kalau tidak meneruskan S1 atau S2," ujar perempuan kelahiran 1991 itu.Gadis yang awalnya belajar menjadi make up artist secara otodidak itu akhirnya memutuskan untuk belajar di Makeup Designory New York City jurusan Profesional Makeup Artist dan jurusan Hair. Dia juga belajar di Mario Dedivanovic Makeup Workshop Class, The London School of Beauty and Makeup jurusan Esthetician. Tidak hanya itu, dia juga belajar merias pengantin ala tradisional Jogja Paes Ageng di The Martha Tilaar Makeup School.Gadis yang senang "menyulap" penampilan seseorang menjadi lebih cantik itu pun akhirnya kembali ke Tanah Air untuk mengaplikasikan ilmunya. Saat masih otodidak, dia pernah memasang tarif puluhan ribu untuk setiap klien, namun kini tarif jasanya berkisar dari Rp850.000-Rp5.000.000.Bagi Allyssa, materi bukanlah tujuan utama berkarir sebagai make up artist. Dia berpendapat profesinya itu menawarkan kepuasan batin karena selalu dinamis dan tidak membosankan. (SDP-85/A011) Editor: B Kunto WibisonoCOPYRIGHT © ANTARA 2014
|
Ilustrasi. Seorang model memperagakan busana pengantin pada Grand Final
Profesional make up Artist Contest 2012 di Jakarta, Selasa, (18/9).
Kontes yang diikuti dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta,
Pekanbaru dan Medan tersebut sebagai ajang kreativitas merancang busana
pengantin dan make up artis. (FOTO ANTARA/Agus Apriyanto) |
View the original article here
Posting Komentar
Posting Komentar